Cyber Homeless di Jepang. Jepang merupakan salah satu negara maju dengan luas wilayah yang relatif kecil jika dibandingkan dengan luas wilayah Indonesia. Rata-rata pendapatan warga Jepang juga termasuk salah satu yang tertinggi di dunia, yang hal itu membuat hampir semua warga Jepang tampak hidup sangat makmur. Meski demikian, di tengah gemerlap dan kemegahan Negeri Sakura tidak berarti bahwa semua warga Jepang telah hidup secara layak.
Justru dengan gaya hidup yang cukup tinggi ada ribuan warga Jepang yang bahkan tidak mampu untuk menyewa tempat tinggal sehingga mereka memilih untuk menginap di sebuah tempat yang tidak seharusnya dijadikan tempat tinggal, salah satunya adalah warnet.
Menurut survei dari Kementerian Kesehatan Jepang pada tahun 2007 sebanyak 60.900 orang pernah menginap dan tinggal di dalam warnet. Dan diperkirakan, ada 5,4 ribu orang yang tinggal di dalam warnet karena tidak punya rumah.
Orang-orang yang biasanya tinggal di warnet ini adalah mereka yang berstatus sebagai pengangguran atau pegawai tidak tetap dengan pendapatan yang terbilang rendah untuk ukuran orang Jepang.
Warnet menjadi pilihan, dikarenakan biaya sewanya yang cukup murah dengan fasilitas yang lumayan lengkap. Biasanya dalam semalam harganya berkisar antara 17 hingga 28 dolar. Banyak juga warnet menyediakan tempat akomodasi seadanya.
Selain aman, warnet di Jepang cukup nyaman untuk ditinggali yang terdiri dari bilik yang cukup lengkap dengan kamar mandi yang cukup bersih dan dilengkapi dengan laundry hingga Cafe.
Di bilik warnet yang luasnya tidak lebih dari dua kali dua meter ini, orang-orang yang disebut sebagai cyber homeless itu melakukan aktivitasnya seperti di rumah atau apartemen.
baca juga : Kantor Twitter Tutup
Sebenarnya tidak semua orang yang menginap di warnet ini, tidak memiliki rumah. Secara keseluruhan ada sekitar 15.000 orang yang memilih untuk menginap di dalam warnet. Kendati demikian, banyak di antara cyber homeless di jepang adalah pegawai yang terlalu lelah untuk pulang ke rumah atau ketinggalan kereta api, sehingga mereka pun memilih untuk menyewa dan menginap di dalam warnet untuk sementara.
Dan rupanya, fenomena cyber homeless di jepang telah terjadi sejak akhir tahun 1990-an. Menurut Serikat Pekerja Muda Jepang fenomena penghuni warnet ini, terjadi kepada mereka yang rata-rata bekerja sebagai pegawai paruh waktu yang itu berarti mereka hanya berpenghasilan kurang dari setengah penghasilan pegawai biasa. Dan rata-rata dari mereka hanya bekerja dalam masa kontrak yang sangat singkat.