Tahukah anda, Wayang Wahyu? Wayang Wahyu sejatinya tak banyak berbeda dengan wayang kulit lainnya dalam segi seni pementasan kesenian tradisional, namun yang membedakan adalah sumber ceritanya.
Wayang Wahyu sebagai media dakwah bagi umat Kristiani mungkin terinspirasi dari keberadaan wayang kulit pertama kali di Indonesia.
Sebagaimana diketahui bahwa kesenian wayang kulit sudah sangat populer dan dikenal oleh masyarakat Indonesia khususnya di Jawa sejak ribuan tahun yang lalu. Ada yang mengatakan bahwa wayang kulit pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga (wali songo) yaitu pada abad ke 15.
Dalam rangka berdakwah untuk menyebarkan Agama Islam di tanah Jawa, Sunan Kalijaga menyisipkan falsafah hidup dan budi pekerti melalui kisah dalam pertunjukan wayang kulit.

Tentang Wayang Wahyu
Awal diperkenalkannya Wayang ini adalah karena terinspirasi dari Wayang Purwa. Hanya saja, dalam pementasannya menampilkan kisah atau cerita yang bersumber dari Alkitab yaitu kitab suci umat Nasrani.
Wayang Wahyu pertama kali dikenal masyarakat khususnya umat nasrani pada 2 Februari 1960 sebagai perwujudan sebuah ide dari seorang Bruder yang bernama Thimotheus L. Wignyosoebroto, di Solo, Jawa Tengah. yang terinspirasi setelah menonton pertunjukan Wayang Kulit Purwa yang digelar pada tanggal 13 Oktober 1957 di gedung HBS (Himpunan Budaya Surakarta). Pada saat itu dimainkan oleh dalang Ki Atmowiyono, seorang guru SGB Negeri II Surakarta.
baca juga : Sejarah Musik Jazz
Tokoh Yesus dalam pementasan Wayang ini dipresentasikan sesuai dengan pemahaman dan kreatifitas dari seniman sebagai pemainnya. Oleh sebab itu, figur Yesus yang ditampilkan pada Wayang Wahyu bisa berbeda-beda karena diolah sesuai dengan persepsi dan sudut pandang tertentu, namun tetap dengan karakter yang sama yaitu menggambarkan Yesus yang mereka yakini.
Kesenian Wayang bagi masyarakat Indonesia, khususnya di pulau Jawa merupakan warisan budaya dari para leluhur yang masih bisa memberi peluang untuk disempurnakan.
Pagelaran Pertama Wayang Wahyu
Meski pada awalnya Wayang ini berasal dari Solo, namun sangat mirip dengan Wayang Purwa dengan gaya Jogjakarta. Hal ini karena Wayang ini juga ikut berkembang di wilayah Jogjakarta. Pagelaran pertama Wayang Wahyu dengan lakon “Dawud mendapat Wahyu Kraton”. Kisah ini diambil dari Alkitab Perjanjian Lama, namun pemeran utamanya meminjam dari tokoh wayang Bambang Wijanarko dan Kumbokarno.
Profil Wayang Wahyu ada juga yang menyerupai bentuk tiga dimensi yaitu Wayang Wahyu golek, namun popularitasnya tidak dapat berkembang.
Dalam pementasan Wayang ini, figur Yesus ditempatkan sebagai realitas sejarah. Namun terdapat banyak pendapat pro dan kontra, sebab tidak ada kepastian fakta yang mendukung keberadaan Yesus yang selama ini disembah. Sebagian orang berpendapat bahwa Yesus adalah sebagai manusia yang ramah, rendah hati, dan lembut, dikelilingi oleh anak-anak dan domba-domba, namun sebagian lainya menggambarkan Yesus sebagai seorang nabi yang memiliki badan yang tegap dan berjenggot yang sedang berada di perbukitan Palestina yang tengah menuju ke Yerusalem.
Sosok Yesus di dalam Wayang Wahyu
Figur Yesus berasal dari berbagai sumber, antara lain :
- Bruderan FIC, Yayasan Pangudi Luhur Surakarta, tempat lahirnya wayang Wahyu yang mana disana tersimpan versi pertama.
masih eksis dalam pagelaran. - ISI Surakarta, Ki Blacius Subono memprakarsai pagelaran Wayang versi kedua. Untuk diketahui, Wayang versi pertama yang diprakarsai Bruder Timotheus L. Wignyosoebroto dan versi kedua dari Ki Blacius Subono masih dipentaskan sampai sekarang.
- Figur Yesus ciptaan Ki Wahyu Dunung Raharjo terinspirasi dari tokoh wayang Begawan Ciptoning (Arjuna saat bermeditasi sebelum terjun ke medan Bharatayudha).
- Figur Yesus ciptaan Romo Wiyono dengan wanda RAINO (raja, imam, nabi), terinspirasi dari tokoh Ongkowijoyo (Abimanyu), yang memeragakan adegan Yesus disalib.
Belum ada figur Yesus yang diwujudkan dalam golongan wayang gagahan. Disini jelas ada kaitannya dengan pemahaman dan keyakinan dari masing-masing kreator bahwa sosok Yesus adalah pribadi yang suci, baik, tenang, sabar, lamban marah, setia, adil, berwibawa, penuh kelembutan, ketulusan, dan cinta kasih.
Wayang merupakan media dalam rangka ‘retailing’ atau mengulang kisah yang bersumber dari Alkitab. Nilai-nilai filosofis yang terkandung bukan filsafat pewayangan namun nilai-nilai Kristiani. Meskipun juga terdapat beberapa unsurnya yang memuat nilai universal dan kejawen namun tidak berseberangan dengan pandangan dan keyakinan umat Nasrani.
Proses pementasan Wayang ini tidak mengutamakan estetika dan pakem pakeliran dalam pewayangan, namun lebih fokus pada nilai dan perilaku agamis untuk meningkatkan keimanan, selain sebagai hiburan bagi masyarakat.
Sumber Referensi : Kajian Ilmiah – Ajeng Tri Nursanti